Senin, 04 Februari 2013

PENANGANAN PASCA PANEN JAGUNG



          Setelah jagung dipanen perlu dilakukan beberapa langkah penanganan untuk mendapatkan jagung yang siap diolah menjadi berbagai bahan pangan. Langkah-langkah penanganan jagung sangat dipengaruhi tujuan akhir pemanfaatan jagung. Jagung yang akan digunakan sebagai sayuran tentulah berbeda penanganannya dengan jagung yang akan digunakan sebagai jagung pipil. Sebaiknya setiap langkah penanganan jagung dilakukan dengan hati-hati dan teliti agar tidak banyak kehilangan hasil yang terjadi. Berikut adalah langkah-langkah penanganan jagung secara umum.

PENGUPASAN ATAU PENGOPEKAN
          Setelah jagung dipanen, langkah selanjutnya adalah pengupasan kulit atau pengopekan kulit jagung. Pengopekan kulit jagung dilakukan berdasarkan tujuan penggunaan jagung.  Ada berbagai cara pengopekan jagung.
Pengopekan jagung semi (baby corn) dilakukan sampai jagung kelihatan, kulit muda pada  pangkal tongkol jagung ditinggalkan sepanjang 5 – 7 cm.  Rambut-rambut jagung dibersihkan. Sedangkan jagung yang akan digunakan untuk  jagung sayur biasanya tidak dikopek atau sebaliknya dikopek sampai bersih. Demikian juga jagung yang akan dikonsumsi untuk jagung rebus. Berbeda dengan jagung yang akan digunakan sebagai biji kering jagung, biasanya jagung dikopek dan dibuang rambutnya sampai bersih kemudian dijemur. Tetapi ada juga jagung yang dikopek hanya dengan mengupas kulitnya kemudian ditarik sampai ke pangkal tongkol sehingga bijinya kelihatan, tanpa harus membuang kulitnya. Kulit jagung ini digunakan untuk mengikat jagung satu dengan lainnya.
Tujuan pengopekan jagung adalah untuk menurunkan kadar air dan kelembaban sekitar biji. Kelembaban pada biji jagung akan menyebabkan kerusakan biji dan tumbuhnya cendawan. Selain itu pengopekan kulit jagung dapat memudahkan dan memperingan pengangkutan selama proses pengeringan (Purwono dan Hartono, 2002)

PENGERINGAN JAGUNG
           Setelah dipanen, agar dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama atau siap dipasarkan, jagung perlu dikeringkan.  Jagung dapat dikeringkan dalam berbagai keadaan, yaitu:

  1. Dikeringkan di tongkol dengan kulit pada tanaman jagung
Pengeringan ini dilakukan pada jagung tanpa memotongnya dari batang tanaman. Kulit jagung tidak dikupas. Agar sinar matahari tidak terhalangi sampai ke buah jagung, dilakukan pemangkasan daun-daun jagung.
  1. Dikeringkan di tongkol dengan kulit dikupas pada tanaman jagung
Pengeringan ini dilakukan pada jagung tanpa memotongnya dari batang tanaman. Kulit jagung dikupas, tetapi tetap menempel pada pangkal batang buah. Agar sinar matahari tidak terhalangi sampai ke buah jagung, dilakukan pemangkasan daun-daun jagung.
  1. Dikeringkan di tong         kol dengan kulitnya (klobot)
Pengeringan jagung di tongkol dengan kulit (klobot) dilakukan setelah jagung dipotong dari batang pohon tanpa mengupas kulit buah jagung.
  1. Dikeringkan di tongkol dengan kulit sudah dikupas (dikopek)
Pengeringan di tongkol dengan kulit sudah dikupas dilakukan pada jagung yang telah dipotong dari batang pohon jagung dan kulit jagung sudah dikupas. Cara pengupasan kulit jagung  ada dua macam, yaitu kulit tetap ditinggalkan di pangkal tongkol jagung dan kulit jagung dibuang. Kulit jagung yang terdapat pada pangkal tongkol jagung tersebut digunakan untuk mengikat, sehingga jagung mudah dibawa.
  1. Dikeringkan sudah berupa jagung pipilan
Pengeringan jagung pipilan dilakukan setelah jagung dipipil dari tongkol. Pengeringan cara ini sebaiknya dilakukan dengan teliti, karena bila dilakukan sembarangan akan banyak hasil biji jagung yang terbuang.

Pengeringan jagung dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dikeringkan secara alami dan dikeringkan secara buatan. Pengeringan jagung secara alami dilakukan dengan menggunakan panas dari sinar matahari atau perapian dapur. Penjemuran sampai jagung cukup kering untuk disimpan biasanya berlangsung kurang lebih selama 60 jam pada cuaca cerah. Umumnya pengeringan jagung tongkol dilaksanakan sampai kadar air mencapai 18-20%. Sedangkan pengeringan jagung pipil dianjurkan dilakukan sampai kadar air mencapai 13-14%. Pengeringan jagung secara buatan dilakukan dengan menggunakan mesin pengering atau grain dryer (Wijandi, 2003). Pengeringan jagung pipil dengan mesin dilakukan pada suhu 38-430C sehingga kadar air jagung turun    menjadi


12-13%. Mesin pengering biji jagung dapat digunakan setiap saat dan dapat dilakukan pengaturan suhu sesuai dengan kadar air biji jagung yang diinginkan (Purwono dan Hartono, 2002).

PEMIPILAN BIJI JAGUNG
          Pemipilan dilakukan untuk mempermudah proses penanganan dan pengolahan jagung. Pemipilan jagung dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu secara manual dan menggunakan alat pemipil. Pemipilan jagung secara manual adalah dengan menggunakan tangan, sedangkan dengan menggunakan alat pemipil adalah memipil dengan menggunakan alat. Ada berbagai model alat pemipil jagung. Sebaiknya pemilihan alat pemipil jagung disesuaikan dengan kapasitas pipil yang diinginkan.
          Pemipilan jagung dengan tangan dapat dilakukan dengan baik apabila kadar air jagung adalah antara 14-20%. Sedangkan pemipilan jagung dengan alat pemipil atau mesin pemipil sebaiknya dilakukan pada kadar air jagung antara 18-20% (Wijandi, 2003).

PEMBERSIHAN
          Setelah jagung dipipil, terutama jagung yang dipipil dengan mesin atau alat pemipil perlu dibersihkan dari kotoran-kotoran. Kotoran-kotoran yang tercampur dengan jagung pipil misalnya tanah,  potongan janggel, biji yang pecah, biji yang lapuk, dan batu. Pembersihan jagung pipilan dari kotoran dapat dilakukan secara manual atau dengan menggunakan alat. Pembersihan jagung pipilan secara manual dilakukan dengan menampi atau mengaduk-aduk biji jagung dan menyapunya dengan sapu lidi. Pembersihan jagung pipil dengan menggunakan alat berupa ayakan atau saringan. Pembersihan jagung pipil  dengan menggunakan ayakan atau saringan ini selain membersihkan juga dapat sekaligus  untuk sortasi (Wijandi, 2003).

STANDAR PRODUKSI
Standar Produksi  jagung ini berdasarkan pada referensi yan terdapat pada, Kamis 27 Juli 2006.
  1. Ruang Lingkup
Standar produksi tanaman jagung meliputi; satandar klasifikasi, syarat mutu, cara pengambilan contoh, cara uji, syarat penandaan, pengemasan dan rekomendasi.


  1. Diskripsi
Standar mutu jagung di Indonesia tercantum dalam Standar Nasional Indonesia (SNI) 01-03920-1995.
  1. Klasifikasi dan Standar Mutu
Berdasarkan warnanya, jagung kering dibedakan menjadi:
    • Jagung kuning: bila sekurang-kurangnya 90% warnanya bijinya berwarna kuning
    • Jagung putih: bila sekurang-kurangnya 90% warnanya bijinya berwarna putih
    • Jagung campuran: bila warna bijinya tidak memenuhi syarat klasifikasi warna jagung kuning ataupun jagung putih.
Dalam perdagangan internasional, komoditi jagung kering dibagi dalam 2 nomor, yaitu HS dan SITC. Sedangkan  berdasarkan penggunaannnya jagung kering dibedakan menjadi jagung benih dan jagung non-benih.
a)    Syarat Umum
·         Bebas hama dan penyakit
·         Bebas bau busuk, asam, atau bau asing lainnya
·         Bebas dari bahan kimia, seperti insektisida dan fungisida
·         Memiliki suhu normal
Pada BMP Penanganan dan Pengolahan Serealia dan Palawija, kecuali faktor ke empat terdapat dalam persyaratan kualitatif jagung.
b)   Syarat Khusus
·         Kadar air maksimum:
-Mutu I       : 14%
-Mutu II      : 14%
-Mutu III    : 15%
-Mutu IV     : 17%
·                                 Butir rusak maksimum:
-Mutu I       : 2%
-Mutu II      : 4%
-Mutu III    : 6%
-Mutu IV     : 8%
·                                 Butir warna lain maksimum:
-Mutu I       : 1%
-Mutu II      : 3%
-Mutu III    : 7%
-Mutu IV     : 10%

·                                 Butir pecah maksimum:
-Mutu I       : 1%
-Mutu II      : 2%
-Mutu III    : 3%
-Mutu IV     : 3%
·                                 Kotoran maksimum:
-Mutu I       : 1%
-Mutu II      : 1%
-Mutu III    : 2%
-Mutu IV     : 2%
  1. Pengambilan Contoh
Contoh diambil secara acak sebanyak akar pangkat dua dari jumlah karung. Jumlah karung maksimum 30 karung dari tiap partai barang, kemudian dari setiap karung diambil contoh maksimum 500 gram biji jagung. Semua contoh  diaduk/ dicampur secara merata, kemudian dibagi empat dan dua bagian diambil secara diagonal. Cara ini dilakukan beberapa kali sampai mendapatkan contoh biji jagung seberat 500 gram. Contoh  biji jagung ini dikemas dalam tempat yang dapat disegel dan diberi label untuk dianalisa. Berat contoh biji jagung untuk dianalisa 100 gram
  1. Cara Uji
Untuk mendapatkan standar mutu jagung yang disyaratkan maka dilakukan beberapa pengujian, diantaranya:
a)    Penentuan adanya hama dan penyakit, baru dilakukan dengan cara organoleptik kecuali adanya bahan dengan menggunakan indera penglihatan dan penciuman serta dibantu dengan peralatan dan cara yang diperbolehkan.
b)   Penentuan adanya rusak, butir warna lain, kotoran dan butir pecah dilakukan dengan cara manual dengan pinset dengan contoh uji 100 gram/ sampel. Persentase butir-butir warna lain, butir rusak, butir pecah, kotoran ditetapkan  berdasarkan berat masing-masing komponen dibandingkan dengan berat contoh analisa x 100 %.
c)    Penentuan kadar air biji, ditentukan dengan moisturetester electronic atau Air Oven Methode (ISO/r939-1969E atau OACE 930. 15).



  1. Pengemasan
Pengemasan dengan karung harus mempunyai persyaratan bersih dan mulutnya dijahit mulutnya, berat netto maksimum 75 kg dan tahan mengalami handling baik waktu pemuatan maupun pembongkaran.
Di bagian luar karung (kecuali dalam bentuk curah) ditulis dengan bahan aman yang tidak luntur dan jelas terbaca antara lain:
a)    Produce of Indonesia
b)   Daerah asal produksi
c)    Nama dan mutu barang
d)   Nama perusahaan/ pengekspor
e)   Berat bruto
f)    Nomor karung
g)   Tujuan

PENGEMASAN JAGUNG
          Ada beberapa tujuan pengemasan jagung, yaitu agar jagung bersih dari kotoran, mengurangi serangan jamur dan hama (Purwono dan Hartono, 2002).
Pengemasan jagung disesuaikan dengan tujuan pasar jagung. Umumnya, kemasan yang digunakan berupa karung dengan berat antara 25-50 kg, sedangkan eceran seberat 1-5 kg. Adapun kemasan jagung untuk dipasarkan di supermarket umumnya menggunakan plastik wrapping seberat 1kg yang berisi sekitar 6 buah tongkol jagung (Purwono dan Hartono, 2002).

PENYIMPANAN JAGUNG
          Penyimpanan jagung dapat dilakukan dengan beberapa cara. Cara penyimpanan jagung yang biasa dilakukan oleh para petani adalah dengan menyimpan jagung  kering yang masih ditongkol. Jagung tongkol kering ini diletakkan di atas perapian atau disimpan di tempat yang kering, tidak terkena air hujan. Tempat penyimpanan jagung juga sebaiknya tidak ada tikus. Selain menyimpan jagung yang masih melekat di tongkol, jagung juga disimpan dalam bentuk pipilan kering. Jagung tongkol kering lebih tahan disimpan dalam waktu lama dari pada jagung pipil kering.
          Ada beberapa faktor yang harus diperhatikan apabila jagung akan disimpan dalam gudang. Faktor-faktor tersebut adalah:
  1. Kebersihan gudang: sebaiknya gudang dibersihkan dan disemprot dengan insktisida yang aman untuk mencegah hama bubuk.

  1. Kelembaban gudang: gudang yang lembab akan mendukung tumbuhnya mikroorganisme.
  2. Alas : agar kadar air pada biji jagung terjaga, sebaiknya lantai gudang dialasi dengan denga papan.

PENGANGKUTAN JAGUNG
          Setelah jagung dipanen dari tempat tanam, jagung diangkut ke tempat tertentu untuk mendapatkan penanganan. Biasanya jagung diangkut masih dengan kulitnya atau diangkut dalam bentuk jagung yang sudah kering. Pengangkutan jagung harus dilakukan dengan hati-hati agar jagung tdak banyak mengalami kerusakan. Agar jagung tidak mengalami kerusakan selama dalam pengangkutan, jagung perlu dikemas dengan karung atau dengan keranjang. Kemasan jagung untuk pengangkutan sebaiknya diatur yang rapi agar daya tampung dalam kendaraan semaksimal mungkin.